Walaupun skenario ku belum diperankan sebagai seorang wanita yang mempunyai keluarga sendiri, namun aku bisa merasakan apa yang kau katakan, karena aku mempunyai hati layaknya hati seorang wanita.
Berusaha untuk menjadi pendengar yang baik dan memahami dari setiap perkataan yang kau lantunkan dengan gejolak emosi dr hati, bagi kaum hawa, menangis adalah emosi terkhir yg dikeluarkan ketika kita tidak sanggup untuk menjelaskan suatu keadaan yang sangat sukar untuk hadapi,apalagi di selesaikan.
Tahap demi tahap episode yang tidak berurutan keluar dari bibirmu yg selalu melantunkan doa dan memohon kepadaNya, menjelaskan dengan rinci bagaimana masalah itu terjadi, tetes air mata yg tak sanggup untuk dibendung lagi keluar dari matamu yang indah dan selalu tertunduk takut kepadaNya, kemudian kau lanjutkan kisahmu dengan perasaan hati yang berguncang, dirimu yg mencuri curi kesempatan untuk menghapus tetes air mata mu dengan sehelai mukena yang sedang kau kenakan.
Kau terus berkisah dan bertanya, berharap ada solusi atau sesuatu yg akan ku keluarkan untuk mengangkat beban berat akibat permasalahan hebat itu walaupun sedikit saja. Namun apalah daya ku yang belum bisa memasuki episode kehidupan yg begitu serius untuk dijalani, hanya menjadi pengingat, kepada Allah lah kami mencurahkan segala masalah dan meminta jalan keluar yang terbaik yang sudah Allah persiapkan.
Kau yang mencoba menerka nerka apa yg akan terjadi jika rencana A dijalankan, bertanya kembali bagaimana dengan rencana B yg dijalankan. Terus berkutik,berputar,berfikir akan segala kemungkinan dari masalah besar tersebut.
Ya Allah kuatkan hati wanita yang sekaligus berperan sebagai tulang rusuk dan pendidik buah hati nya, angkatlah beban yang ada dalam pundaknya, permudahkan dan lancarkan dia untuk menyelesaikan segala permasalahannya, ya Rohman ya Rohim, berikanlah yang terbaik untuk nya ya Allah, Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar